Pages

Selasa, 15 Mei 2012

Sepenggal Impian dari Belanda


Suatu sore, seorang anak sedang berusaha menyapu halaman rumahnya dengan sapu mungilnya. Ia bersama seorang pembantunya, membersihkan halaman rumah sederhananya dengan simpul senyuman. Tiba-tiba seorang pria datang dengan membawa tas besar dan kardus besar ditangan kirinya, membuka gerbang rumah dan memanggil nama si anak dengan penuh kegembiraan. “Agraaaa ..... “


Seorang anak kecil itu adalah saya dan seorang pria itu adalah ayah saya atau yang akrab saya panggil papi. Suatu sore itu, papi pulang dari suatu negara yang indah. Ya, Belanda sebuah negara bagian barat laut di benua Eropa memiliki julukan sebagai negara kincir angin.
Hampir dua tahun papi menjalani  studi di Belanda. Ketika ia pulang, ia selalu menyeritakan pengalamannya selama mengikuti studi singkat disana. Pengalamannya begitu menyenangakan dan menjadi pengalaman yang tak kan terlupakan olehnya. Keindahan alamnya yang begitu indah dan karakter warganya yang ramah.
Foto-foto mengagumkan ditunjukkan kepada saya, sehingga saya terpikat dengan negara sangat indah ini. Foto yang paling menarik untuk saya adalah ketiaka papi berada sebuah Madurodam. Dalam hati saya muncul tekat, “Aku ingin ketempat ini ...” Foto yang tidak kalah menarik bagi saya adalah foto papi saya tampil di universitas ITC memakai kostum jathilan atau kuda lumping. “Papi disambut waktu nari jathilan ini, mereka (mahasiswa belanda) seneng banget, jadi waktu kami nari mereka tersenyum dan memberikan tepuk tangan meriah selesai papi tampil.” Hal ini menunjukan bahwa negara belanda merupakan negara yang membuka dirinya terhadap kebudayaan luar.
Ketertarikan saya terhadap negara ini muncul ketika saya duduk di bangku sekolah dasar. Studi di belanda sepertinya menyenangkan. Disamping karakteristik alamnya yang indah menjadi efektif mendukung suasana belajar mahasiswa. Karakteristik warga belanda yang ramah dan tidak sungkan-sungkan membantu para pendatang yang datang terutama mahasiswa, membuat mahasiswa dapat beradapatasi dengan baik.
Ketertarikan saya pada keindahan negara ini pun berkembang pada sistem pendidikannya. Inovasi-inovasi yang terus menerus lahir dari pelajar-pelajar Belanda didukung oleh Sistem pembelajaran dan karakter warga Belanda yang optimis. Sistem belajar yang penuh kosentrasi tetapi tidak menekan inilah yang patut dikagumi oleh proses pembelajaran di Belanda. Mahasiswa diajak bukan diminta untuk mengerti dan memahami materi pembelajaran. Ketika mahasiswa diminta untuk mengerti suatu materi, mahasiswa akan merasa tertekan dan cenderung frustasi namun di Belanda mahasiswa diajak untuk mengerti materi dengan baik dan sedalam mungkin. Sehingga materi yang diberikan benar-benar dimulai dari titil nol atau paling dasar yang menjadi  basic dari materi itu, setelah mahasiswa memahami dasarnya, mahasiswa diajak untuk mengerti sedikit demi sedikit  hinga pemahamannya meningkat sampai akhirnya mahasiswa dapat memecahkan permasalahan yang rumit. Dosen pun selain sebagai tenaga pengajar, dapat berperan menjadi pendamping di bidang pendidikan. Tidak adanya senioritas dalam budaya pendidikan belanda, maka dosen dapat dengan senang hati membantu mahasiswa yang mengalami permasalahan dalam belajarnya. Mereka akan dengan tulus membantu membimbing hingga mahasiswa itu mampu menyelesaikan permasalahan akademiknya.
Karakter warga belanda yang optimis dan pekerja keras dapat diaplikasikan dengan dalam kehidupan mahasiswa yang mengenyam pendidikan disana. Atmosfir optimis yang jarang ditemukan di Indonesia menjadi bekal yang penting bagi mahasiswa demi mewujudkan cita-cita mereka. Inilah yang membuat memiliki pengalaman di Belanda merupakan salah satu dari sekian impianku.

Rabu, 21 Desember 2011

Orang Tua Modern

Malam minggu identik dengan kencan bersama pacar atau gebetan, bisa juga menghabiskan waktu bersama orang-orang terpenting dalam hidup kita. Selayaknya yang kulakukan bersama teman-teman dalam menghadapi malam minggu yang mendung itu dibarengi dengan hujan rintik-rintik membasahi, bersama dengan Tinky Winky serta satu lagi temanku si Chibi Maruko Chan menghabiskan malam minggu kami. Kami bertiga dengan riang gembira, jungkir balik, roll depan, roll belakang, naik kebawah, terjun keatas, ngesot-ngesot  dengan senyuman lebar di bibir kami, menatap laptop kami masing-masing. Kami habiskan malam minggu dengan mencoba mengerjakan tugas opini publik yang membingungkan. Senyuman selalu ada ketika kami mengerjakan tugas di rumah si chibi maruko chan saat itu. Kami tersenyum karena kami pun heran dengan diri kami sendiri, kenapa otak kami susah bekerja saat itu meskipun memang sehari-hari otak kami mengalami keterlambatan.
Akhirnya salah satu dari kami, si Tinky Winky memutuskan untuk memasak mei instan sebut saja “sarimi” isi 2 disusul si chibi dan akhirnya aku pun membuat dengan menunggu pincuk yang digunakan oleh si Tinky Winky. Setelah kami berjuang keras menggesek-gesek batu demi terciptanya api, berjuang turun ke sungai untuk sepanci aiir. Akhirnya setelah mandi keringat memakai sunlight dengan tetes darah penghabisan seember mie godhog pun tersajikan penuh kenikmatan.
Selagi kami makan, entah kami mulai dari mana sebuah percakapan kecil kami, yang terlintas dalam pikiran kami adalah obrolan mengenai keluarga. Inspirasi kami saat itu adalah orang tua tertutama pada pendidikan orang tua. Entah apa sebenarnya hubungan antara orang tua dengan seember mie instan serta tugas opini publik kami.
Orang tua merupakan sosok yang paling berharga menurut kita seorang anak. Mereka mengambil andil besar dalam pertumbuhan karakter dan membentuk diri kita sekarang. Peran orang tua sangat besar dalam kehidupan seorang anak. Selama sembilan bulan anak tumbuh menjadi satu bagian dengan tubuh seorang ibu membentuk satu kesatuan kehidupan terindah. Selama sembilan bulan, selalu menemani dengan setia, menyediakan yang anak perlukan, menyapa penuh senyuman kasih, menyalurkan cinta melalui sentuhannya yang hangat, ya dialah ayah yang selalu ada disamping kita. Kasih yang begitu besar yang membuat kita ada dan kasih yang begitu besar itulah yang membuat kita tumbuh penuh cinta.
"Buah jatuh tak jauh dari  pohonnya" itulah pepatah yang menggambarkan bagaimana dekatnya seorang anak dengan orang tuanya. Perilaku dan kebiasaan seorang anak dipengaruhi pula oleh kebiasaan dan perilaku orang tua. 
Kaca mata kami menggambarkan sosok orang tua harapan kami kelak kami menjadi orang tua. Menjadi sosok yang dekat dengan anak dan dapat membimbing ke jalan yang benar itulah yang benar.

Selasa, 20 Desember 2011

4Lay3Rsss ...

“Sebenernya apa sih yang dimaksud ma alay ?” itu merupakan pertanyaan yang simpel dari salah satu temenku yang berjudul laa-laa, alias hamster, alias si penagih utang.
 Saat itu kami lagi berkumpul di beranda gedung kampus fisip 2, di suatu sudut selasar yang sengaja kami pilih gelap dengan suana senja mendung dengan hujan rintik-rintik kita membuat lingkarang mengasingkan diri dari keramaian karena kita akan melakukan hal yang sangat penting dan kita ingin mereka orang lain tiadak akan bisa menemukan kami dimana. Setelah kami menyiapkan semua ubo rampe sesajen dengan gelap yang mulai datang, kita mulai buka semuanya. Buka plastik kreseknya, keluarkan semua ada.
Dua lemper, 1 kue kukus, 1 makaroni pedes-pedes, dan satu botol frestea markisa, itu dari Tinky Winky. 1 kue pizza-pizzan dan 1 bungkus cenil seharga 2000,  Po keluarkan. Po adalah nama bebek, sebuah species yang dengan sabar kita peliahara selama ini, kasian dia sehari-hari di pinggir jalan ngorek-ngorek tanah, nyari cacing. 4 tahu bakso beserta 2 cabe riwit, 1 puding coklat, dan 1 cimory Dipsy keluarkan dari tas kresek putih, kenapa aku nggak beli roti sama kayak yang lain, jawabannya adalah aku ceritanya bermaksud nggak mau makan dengan impian mau mengurangi makan sih biar tubuhku yang udah langsing ini (tapi kenapa setiap aku ngomong kayak gini temenku pada pingsan semua, ada yang salah ?) jadi kayak biting spanyol. 1 bungkus makanan yang lebih kita kenal dengan “panjang-panjang pedes” dan nggak ada lagi, si Laa-laa hanya membeli itu karena ad semboyannya yang nggak bakal aku lupa “ Hemat pangkal bahagia”. Inilah alasan kita menjaih dari keramaian orang dengan kegelapan di sudut sepi, hanya dengan secerca cahaya yang ada di tengah kami dengan tujuan nggak ada yang bisa mintaiin makanan kami jadi makanan segini hanya untuk kami berempat aja. Behubung mesin pembuat kue Tubie dan puding Tubie rusak jadinya kami pergi ke Mirota dengan susah payah karena harus naik turun bukit, dan nyeberangi sungai, berperang dengan cethol-cethol di air, dengan hujan mengguyur penuh perjuangan memang untuk menuju sebuah harapan, kenyang.
Alay, itulah pokok bahasan kami tengah pokok bahasan yang lainnya seperti sedikit kecerobohan Po dalam berpikir (ini bahasa yang paling manusiawi yang bisa aku gambarkan untuk sebuah kelemotan). Alay yang orang bilang merupakan sebuah sikap orang yang bisadi bilang “nggak banget dechh” itu lah contohnya. Anak alay yang konon katanya singkatan dari anak layangan itu identik dengan dandanan yang menurut mereka gaul dengan cowok rambut berponi kekanan atau kekiri dengan menjulur kebawah menghuntai dengan lurusnya tapi kaku, dan aku nungguin ada yang make poni miring kekiri tapi menjuntai ke atas. Kalau perempuan biasanya dengan gaya rambut lurus meski diribonding. Gaya tulisan dalam sms atau jejaring sosial pun di dapat dibedakan yaChh kYakz 9ni dechyy.  Banyak macam keidentikan yang ditujukan untuk anak alay tersebut. Tapi bingungnya kita sering banget ngomong ich alaY dechy Kamyuu, tapi kita sendiri nggak tau apa definisi dari alay itu tersebut.
Alay bukan merupakan aib atau kejelekan yang dipandang orang kebanyakan saat ini. Sebuah individu memerlukan identitas untuk menggambarkan dirinya sendiri, dan itu terserah mereka sesuai dengan kenyamanan mereka dan terdapat faktor lingkungan juga. Teringat aku dengan obrolan bersama ketiga temen teletubiesku si Tingky Wingky, Laa-laa dan Po. Mereka menggambarkan bahwa alay merupakan sebuah aliran, dan sebuah pilihan hidup sebagian orang. Dan dari obrolan kemarin aku memandang bahwa bukan buruk, karena itu sebuah identitas masing-masing kelopok. Seperti kita tahu dalam pergaulan kita memiliki beberapa aliran secara tidak langsung seperti punk, reggae, study freak, sporty, atau clubbing, alay pastinya, dan yang lainya banyak belum aku sebutin. Aliran inilah yang mempengaruhi pergaulan, selera pakian hingga musik, dan kebiasaan kita. Sehingga cin cai lah ya sebenarnya kita sama anak alay, karena sempat temenku si tingky wingky bercerita bahwa misalnya ada orang yang merendahkan dirinya yang menyukai K-pop karena  orang itu menyukai aliran musik metal, justru itu dapat terjadi kebalikannya. Jadi itu hanya masalah aliran selera dan pilihan.
Tidak ada yang salah dalam sebauh selera. Tanpa disadari pun sebagian dari kita pernah merasakan menjadi anak alay dan berpotensi menjadi anak alay. Banyak yang anak cewek berfoto dengan jari telunjuk di bibir, dan kamera dari atas kayak lihat cicak atau sebagainya kita pernah merasakan dna pernah melakukannya. 
Jadi perlukah kita memandang rendah sekelompok tertentu, ingat mereka pun juga dapat kembali merendahkan kita. Semua orang memiliki selera yang berbeda-beda.
ini beberapa gambar yg aku dapatkan dari mbah google, waktu nanya tentang "4LaY"
inilah ciri-ciri anak alay yg aku temukan:

ini gambaran bentukannya anak alay:


salah satu gaya foto anak alay :



TEGAKKAN KEBEBASAN MENGELUARKAN JATI DIRI DAN KEBEBASAN MENENTUKAN SELERA !!

nong+krong= ngobrol

nongkrong yuk !
mau nongkrong dimana kita ?
nyari tempat nongkrong yang enak lah ...
disini tempat nongkrong yang enak dimana ya ?

kalimat-kalimat tadi adalah kalimat yang sering banyak muncul saat membahas yang berhubungan dengan nongkrong. Anak muda pastinya nggak bakal asing dengan kata ini, kata ini bisa menjadi kata sehari-hari untuk mereka. Kata "nongkrong", saya sempat berpikir apa arti dari kata itu sebenarnya. Ketika saya tanya ke teman-teman saya seperit si anjing, kucing, bebek, hamster, kura-kura dan belalang sahabat saya yang sangat setia menemeni saya, mereka mendeskripsikan bahwa nongkrong itu ya duduk santai sambil makan atau minum, ngerokok mungkin, dan yang pasti sambil ngobrol-ngobrol santai. Ketika saya mengikuti kegiatan yang berjudul nongkrong bersama teman-teman saya tadi, ya intinya hanya ngobrol santai sambil makan, tapi kalau untuk saya bukan seperti itu makan kenyang sambil ngobrol santai.
nongkrong menurutku nggak harus di cafe dengan menu yang harganya 10rb keatas itu, yah yang paling murah ya es teh manis harga 2rb tapi nanti apa bedanya sama di burjonan, ma air putih yang harga 500 perak, tapi nanti apa bedanya ma tenggelam di kolam pa sungai, minumnya malah nggak bayar.  Maka dari itu menurutku nongkrong nggak perlu mahal, di kampus dengan berbekal cimol dan cireng harga 3rb dapat satu plastik penuh, dan nggak perlu di cafe mahal berkelas, di kampus,  di rumah temen, di pinggir sungai, atau dipinggi jalan sambil ngamen aja jadi.
Nah, dalam nongkrong itu ada obrolannya, dan dalam obrolan itu ada di blog ini. . .