Pages

Rabu, 21 Desember 2011

Orang Tua Modern

Malam minggu identik dengan kencan bersama pacar atau gebetan, bisa juga menghabiskan waktu bersama orang-orang terpenting dalam hidup kita. Selayaknya yang kulakukan bersama teman-teman dalam menghadapi malam minggu yang mendung itu dibarengi dengan hujan rintik-rintik membasahi, bersama dengan Tinky Winky serta satu lagi temanku si Chibi Maruko Chan menghabiskan malam minggu kami. Kami bertiga dengan riang gembira, jungkir balik, roll depan, roll belakang, naik kebawah, terjun keatas, ngesot-ngesot  dengan senyuman lebar di bibir kami, menatap laptop kami masing-masing. Kami habiskan malam minggu dengan mencoba mengerjakan tugas opini publik yang membingungkan. Senyuman selalu ada ketika kami mengerjakan tugas di rumah si chibi maruko chan saat itu. Kami tersenyum karena kami pun heran dengan diri kami sendiri, kenapa otak kami susah bekerja saat itu meskipun memang sehari-hari otak kami mengalami keterlambatan.
Akhirnya salah satu dari kami, si Tinky Winky memutuskan untuk memasak mei instan sebut saja “sarimi” isi 2 disusul si chibi dan akhirnya aku pun membuat dengan menunggu pincuk yang digunakan oleh si Tinky Winky. Setelah kami berjuang keras menggesek-gesek batu demi terciptanya api, berjuang turun ke sungai untuk sepanci aiir. Akhirnya setelah mandi keringat memakai sunlight dengan tetes darah penghabisan seember mie godhog pun tersajikan penuh kenikmatan.
Selagi kami makan, entah kami mulai dari mana sebuah percakapan kecil kami, yang terlintas dalam pikiran kami adalah obrolan mengenai keluarga. Inspirasi kami saat itu adalah orang tua tertutama pada pendidikan orang tua. Entah apa sebenarnya hubungan antara orang tua dengan seember mie instan serta tugas opini publik kami.
Orang tua merupakan sosok yang paling berharga menurut kita seorang anak. Mereka mengambil andil besar dalam pertumbuhan karakter dan membentuk diri kita sekarang. Peran orang tua sangat besar dalam kehidupan seorang anak. Selama sembilan bulan anak tumbuh menjadi satu bagian dengan tubuh seorang ibu membentuk satu kesatuan kehidupan terindah. Selama sembilan bulan, selalu menemani dengan setia, menyediakan yang anak perlukan, menyapa penuh senyuman kasih, menyalurkan cinta melalui sentuhannya yang hangat, ya dialah ayah yang selalu ada disamping kita. Kasih yang begitu besar yang membuat kita ada dan kasih yang begitu besar itulah yang membuat kita tumbuh penuh cinta.
"Buah jatuh tak jauh dari  pohonnya" itulah pepatah yang menggambarkan bagaimana dekatnya seorang anak dengan orang tuanya. Perilaku dan kebiasaan seorang anak dipengaruhi pula oleh kebiasaan dan perilaku orang tua. 
Kaca mata kami menggambarkan sosok orang tua harapan kami kelak kami menjadi orang tua. Menjadi sosok yang dekat dengan anak dan dapat membimbing ke jalan yang benar itulah yang benar.

Selasa, 20 Desember 2011

4Lay3Rsss ...

“Sebenernya apa sih yang dimaksud ma alay ?” itu merupakan pertanyaan yang simpel dari salah satu temenku yang berjudul laa-laa, alias hamster, alias si penagih utang.
 Saat itu kami lagi berkumpul di beranda gedung kampus fisip 2, di suatu sudut selasar yang sengaja kami pilih gelap dengan suana senja mendung dengan hujan rintik-rintik kita membuat lingkarang mengasingkan diri dari keramaian karena kita akan melakukan hal yang sangat penting dan kita ingin mereka orang lain tiadak akan bisa menemukan kami dimana. Setelah kami menyiapkan semua ubo rampe sesajen dengan gelap yang mulai datang, kita mulai buka semuanya. Buka plastik kreseknya, keluarkan semua ada.
Dua lemper, 1 kue kukus, 1 makaroni pedes-pedes, dan satu botol frestea markisa, itu dari Tinky Winky. 1 kue pizza-pizzan dan 1 bungkus cenil seharga 2000,  Po keluarkan. Po adalah nama bebek, sebuah species yang dengan sabar kita peliahara selama ini, kasian dia sehari-hari di pinggir jalan ngorek-ngorek tanah, nyari cacing. 4 tahu bakso beserta 2 cabe riwit, 1 puding coklat, dan 1 cimory Dipsy keluarkan dari tas kresek putih, kenapa aku nggak beli roti sama kayak yang lain, jawabannya adalah aku ceritanya bermaksud nggak mau makan dengan impian mau mengurangi makan sih biar tubuhku yang udah langsing ini (tapi kenapa setiap aku ngomong kayak gini temenku pada pingsan semua, ada yang salah ?) jadi kayak biting spanyol. 1 bungkus makanan yang lebih kita kenal dengan “panjang-panjang pedes” dan nggak ada lagi, si Laa-laa hanya membeli itu karena ad semboyannya yang nggak bakal aku lupa “ Hemat pangkal bahagia”. Inilah alasan kita menjaih dari keramaian orang dengan kegelapan di sudut sepi, hanya dengan secerca cahaya yang ada di tengah kami dengan tujuan nggak ada yang bisa mintaiin makanan kami jadi makanan segini hanya untuk kami berempat aja. Behubung mesin pembuat kue Tubie dan puding Tubie rusak jadinya kami pergi ke Mirota dengan susah payah karena harus naik turun bukit, dan nyeberangi sungai, berperang dengan cethol-cethol di air, dengan hujan mengguyur penuh perjuangan memang untuk menuju sebuah harapan, kenyang.
Alay, itulah pokok bahasan kami tengah pokok bahasan yang lainnya seperti sedikit kecerobohan Po dalam berpikir (ini bahasa yang paling manusiawi yang bisa aku gambarkan untuk sebuah kelemotan). Alay yang orang bilang merupakan sebuah sikap orang yang bisadi bilang “nggak banget dechh” itu lah contohnya. Anak alay yang konon katanya singkatan dari anak layangan itu identik dengan dandanan yang menurut mereka gaul dengan cowok rambut berponi kekanan atau kekiri dengan menjulur kebawah menghuntai dengan lurusnya tapi kaku, dan aku nungguin ada yang make poni miring kekiri tapi menjuntai ke atas. Kalau perempuan biasanya dengan gaya rambut lurus meski diribonding. Gaya tulisan dalam sms atau jejaring sosial pun di dapat dibedakan yaChh kYakz 9ni dechyy.  Banyak macam keidentikan yang ditujukan untuk anak alay tersebut. Tapi bingungnya kita sering banget ngomong ich alaY dechy Kamyuu, tapi kita sendiri nggak tau apa definisi dari alay itu tersebut.
Alay bukan merupakan aib atau kejelekan yang dipandang orang kebanyakan saat ini. Sebuah individu memerlukan identitas untuk menggambarkan dirinya sendiri, dan itu terserah mereka sesuai dengan kenyamanan mereka dan terdapat faktor lingkungan juga. Teringat aku dengan obrolan bersama ketiga temen teletubiesku si Tingky Wingky, Laa-laa dan Po. Mereka menggambarkan bahwa alay merupakan sebuah aliran, dan sebuah pilihan hidup sebagian orang. Dan dari obrolan kemarin aku memandang bahwa bukan buruk, karena itu sebuah identitas masing-masing kelopok. Seperti kita tahu dalam pergaulan kita memiliki beberapa aliran secara tidak langsung seperti punk, reggae, study freak, sporty, atau clubbing, alay pastinya, dan yang lainya banyak belum aku sebutin. Aliran inilah yang mempengaruhi pergaulan, selera pakian hingga musik, dan kebiasaan kita. Sehingga cin cai lah ya sebenarnya kita sama anak alay, karena sempat temenku si tingky wingky bercerita bahwa misalnya ada orang yang merendahkan dirinya yang menyukai K-pop karena  orang itu menyukai aliran musik metal, justru itu dapat terjadi kebalikannya. Jadi itu hanya masalah aliran selera dan pilihan.
Tidak ada yang salah dalam sebauh selera. Tanpa disadari pun sebagian dari kita pernah merasakan menjadi anak alay dan berpotensi menjadi anak alay. Banyak yang anak cewek berfoto dengan jari telunjuk di bibir, dan kamera dari atas kayak lihat cicak atau sebagainya kita pernah merasakan dna pernah melakukannya. 
Jadi perlukah kita memandang rendah sekelompok tertentu, ingat mereka pun juga dapat kembali merendahkan kita. Semua orang memiliki selera yang berbeda-beda.
ini beberapa gambar yg aku dapatkan dari mbah google, waktu nanya tentang "4LaY"
inilah ciri-ciri anak alay yg aku temukan:

ini gambaran bentukannya anak alay:


salah satu gaya foto anak alay :



TEGAKKAN KEBEBASAN MENGELUARKAN JATI DIRI DAN KEBEBASAN MENENTUKAN SELERA !!

nong+krong= ngobrol

nongkrong yuk !
mau nongkrong dimana kita ?
nyari tempat nongkrong yang enak lah ...
disini tempat nongkrong yang enak dimana ya ?

kalimat-kalimat tadi adalah kalimat yang sering banyak muncul saat membahas yang berhubungan dengan nongkrong. Anak muda pastinya nggak bakal asing dengan kata ini, kata ini bisa menjadi kata sehari-hari untuk mereka. Kata "nongkrong", saya sempat berpikir apa arti dari kata itu sebenarnya. Ketika saya tanya ke teman-teman saya seperit si anjing, kucing, bebek, hamster, kura-kura dan belalang sahabat saya yang sangat setia menemeni saya, mereka mendeskripsikan bahwa nongkrong itu ya duduk santai sambil makan atau minum, ngerokok mungkin, dan yang pasti sambil ngobrol-ngobrol santai. Ketika saya mengikuti kegiatan yang berjudul nongkrong bersama teman-teman saya tadi, ya intinya hanya ngobrol santai sambil makan, tapi kalau untuk saya bukan seperti itu makan kenyang sambil ngobrol santai.
nongkrong menurutku nggak harus di cafe dengan menu yang harganya 10rb keatas itu, yah yang paling murah ya es teh manis harga 2rb tapi nanti apa bedanya sama di burjonan, ma air putih yang harga 500 perak, tapi nanti apa bedanya ma tenggelam di kolam pa sungai, minumnya malah nggak bayar.  Maka dari itu menurutku nongkrong nggak perlu mahal, di kampus dengan berbekal cimol dan cireng harga 3rb dapat satu plastik penuh, dan nggak perlu di cafe mahal berkelas, di kampus,  di rumah temen, di pinggir sungai, atau dipinggi jalan sambil ngamen aja jadi.
Nah, dalam nongkrong itu ada obrolannya, dan dalam obrolan itu ada di blog ini. . .