Suatu
sore, seorang anak sedang berusaha menyapu halaman rumahnya dengan sapu
mungilnya. Ia bersama seorang pembantunya, membersihkan halaman rumah
sederhananya dengan simpul senyuman. Tiba-tiba seorang pria datang dengan membawa
tas besar dan kardus besar ditangan kirinya, membuka gerbang rumah dan
memanggil nama si anak dengan penuh kegembiraan. “Agraaaa ..... “
Seorang anak kecil itu adalah saya dan
seorang pria itu adalah ayah saya atau yang akrab saya panggil papi. Suatu sore
itu, papi pulang dari suatu negara yang indah. Ya, Belanda sebuah negara bagian
barat laut di benua Eropa memiliki julukan sebagai negara kincir angin.
Hampir dua tahun papi menjalani studi di Belanda. Ketika ia pulang, ia selalu
menyeritakan pengalamannya selama mengikuti studi singkat disana. Pengalamannya
begitu menyenangakan dan menjadi pengalaman yang tak kan terlupakan olehnya.
Keindahan alamnya yang begitu indah dan karakter warganya yang ramah.
Foto-foto mengagumkan ditunjukkan
kepada saya, sehingga saya terpikat dengan negara sangat indah ini. Foto yang
paling menarik untuk saya adalah ketiaka papi berada sebuah Madurodam. Dalam hati saya muncul tekat,
“Aku ingin ketempat ini ...” Foto yang tidak kalah menarik bagi saya adalah
foto papi saya tampil di universitas ITC memakai kostum jathilan atau kuda lumping. “Papi disambut waktu nari jathilan ini,
mereka (mahasiswa belanda) seneng banget, jadi waktu kami nari mereka tersenyum
dan memberikan tepuk tangan meriah selesai papi tampil.” Hal ini menunjukan
bahwa negara belanda merupakan negara yang membuka dirinya terhadap kebudayaan
luar.
Ketertarikan saya terhadap negara ini
muncul ketika saya duduk di bangku sekolah dasar. Studi di belanda sepertinya
menyenangkan. Disamping karakteristik alamnya yang indah menjadi efektif
mendukung suasana belajar mahasiswa. Karakteristik warga belanda yang ramah dan
tidak sungkan-sungkan membantu para pendatang yang datang terutama mahasiswa,
membuat mahasiswa dapat beradapatasi dengan baik.
Ketertarikan saya pada keindahan negara
ini pun berkembang pada sistem pendidikannya. Inovasi-inovasi yang terus
menerus lahir dari pelajar-pelajar Belanda didukung oleh Sistem pembelajaran
dan karakter warga Belanda yang optimis. Sistem belajar yang penuh kosentrasi
tetapi tidak menekan inilah yang patut dikagumi oleh proses pembelajaran di
Belanda. Mahasiswa diajak bukan diminta untuk mengerti dan memahami materi
pembelajaran. Ketika mahasiswa diminta untuk mengerti suatu materi, mahasiswa
akan merasa tertekan dan cenderung frustasi namun di Belanda mahasiswa diajak
untuk mengerti materi dengan baik dan sedalam mungkin. Sehingga materi yang
diberikan benar-benar dimulai dari titil nol atau paling dasar yang
menjadi basic dari materi itu, setelah
mahasiswa memahami dasarnya, mahasiswa diajak untuk mengerti sedikit demi
sedikit hinga pemahamannya meningkat
sampai akhirnya mahasiswa dapat memecahkan permasalahan yang rumit. Dosen pun
selain sebagai tenaga pengajar, dapat berperan menjadi pendamping di bidang pendidikan.
Tidak adanya senioritas dalam budaya pendidikan belanda, maka dosen dapat
dengan senang hati membantu mahasiswa yang mengalami permasalahan dalam
belajarnya. Mereka akan dengan tulus membantu membimbing hingga mahasiswa itu
mampu menyelesaikan permasalahan akademiknya.
Karakter warga belanda yang optimis dan
pekerja keras dapat diaplikasikan dengan dalam kehidupan mahasiswa yang
mengenyam pendidikan disana. Atmosfir optimis yang jarang ditemukan di
Indonesia menjadi bekal yang penting bagi mahasiswa demi mewujudkan cita-cita
mereka. Inilah yang membuat memiliki pengalaman di Belanda merupakan salah satu
dari sekian impianku.